Jumat, 17 Maret 2017

KEMBALINYA PEWARIS TAHTA JAILOLO

KEMBALINYA PEWARIS TAHTA KESULTANAN JAILOLO

Secara umum penulisan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan  ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang kehidupan manusia di masa lampau sebagai peristiwa yang pernah terjadi dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut.

Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian yang pernah terjadi.

Untuk penulisan sajarah tradisional khususnya penulisan peristiwa yang terjadi pada masa raja-raja Islam biasanya ditulis berdasarkan petunjuk raja untuk kepentingan kerajaannya, dalam berbagai naskah sering di jumpai banyak peristiwa diantaranya berisi kehidupan politik, kehidupan sosial masyarakat, agama, dan ekonomi. Penulisan sejarah tradisional pada umumnya lebih menekankan pada beberapa hal berikut.
1. Hanya membahas tentang aspek keturunan (genealogi saja) atau hanya diutamakan aspek kepercayaan
2.   Hanya membicarakan peristiwa tertentu yang dianggap penting
3.   Mengedepankan sejarah keturunan dari satu raja kepada raja berikutnya.
4.   Sering sejarah tradisional hanya memuat biografi tokoh-tokoh terkemuka di masa kekuasaannya.

Sedangkan untuk penulis sejarah modern yang mengungkap tentang perjalanan sejarah tradisional dengan menggunakan sandaran referensi catatan (naskah) yang bersumber dari para penjajah (portogis, spanyol dan belanda) yang selanjutnya di kaitkan dengan cerita yang berkembang dalam masyarakat pada komunitas atau wilayah tertentu di harapkan agar lebih memperdalam pengkajian dan telaahan nya yang luar biasa agar dapat mengurai benang merah atas suatu peristiwa masa lampau yang akan di sajikan sebagai catatan sejarah modern, mengingat menggunakan sandaran dokumen peninggalan dari penjajah banyak di sinyalir terdapat unsur kepentingan dan keberpihakan pada pengusa yang dijadikan bidak catur untuk kepentingan penjajahan. Bijaknya dalam penyajian penulisan sejarah di harapkan agar tidak terfokus pada ruang lingkup atau kepentingan tertentu.

Metode penulisan yang sepenuhnya bersandar pada referensi asing (naskah kolonial) biasa di sebut historigrafi kolonial atau sering di sebut sebagai Eropa Sentris, yang berasal darikarya-karya yang ditulis oleh para penjajah
Ciri-ciri Historiografi Kolonial
1. Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan kolonialnya (jajahannya).
2. Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka dan sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan
3. Bersifat Belanda Sentris, kepentingan kolonial sangat mewarnai inpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang terjadi. Tujuan Historiografi kolonial adalah semata-mata untuk memperkokoh kekuasaan atas penjajahan

Sejarah perjalanan Kesultanan Jailolo secara utuh pada masa modern ini belum dapat terurai secara detail, artinya hal ini disebakan terdapat berbagai versi penulisan pengungkapannya yang belum dapat disajikan secara utuh dari masa kepemimpinan Kolano/Raja/Sultan Jailolo periode pertama yang menguasai Jazirah Jailolo.

Pengungkapan sejarah yang dapat ditemukan dalam berbagai buku, hasil disertasi maupun bloger2 terbatas pada pengungkapan pasca fakumnya Kesultanan Jailolo pada abat ke XVI. Maka untuk itu harus diakui pengungkapannya bukanlah sebagai hal yang mudah sebab minimnya bukti peninggalan maupun catatan masa lampau tentang kesultanan jailolo.

Adapun pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat sekarang ini condong pada sumber yang kontroversi untuk mengurai benang merah perjalanan kesultaman jailolo melalui naskah kono para penjajaha yang di rajut melaui kajian panjang yang disandingkan dengan legenda berdasarkan cerita rakyat  selanjutnya di jadikan perpaduan untuk bahan karangan pengungkapan perjalanan masa lampau dari sudut pandang dan sistematika penulisan masing-masing untuk disajikan seakan telah sempurna menembus cerobong ruang dan waktu.

Secara pribadi, saya sendiripun sangat mengakui upaya-upaya keras dari masing-masing sejarawan dan pemerhati sejarah trdisional yang

tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui bahwa negeri para raja ini mempunyai riwayat perjalanan yang sangan panjang.

Khususnya untuk Kesultanan Jailolo konon mempunyai Raja pertamanya yaitu “Kolano Daradjati”. dari lembaran daftar sisilah yang skemanya diuraikan seperti “pohon terbalik” yang seluruh tulisan nama-namanya beraksara Arab.
Ternyata dalam uraian naskah kuno dari versi berbeda masih ada nama dari raja/sultan lainnya sebem Kolano Daradjati



Sengaja penulis menampilakan penggalan kecil dari daftar nama-nama Raja/Sultan Jailolo diatas yang apabila di amati masih terdapat penggalan huruf aksara arab lain dibawahnya yang memuat nama Raja/Sultan yang mempunyai nama lengkap (Kaicil Said Darzad) ini.

Karakter pada skema naska kuno ini juga berbeda dengan naskah yang sebelumnya sudah terlebih dahulu pernah di ekspos dengan skema pohon terbalik (poho yang nampak seperti mengambang) sedangkan pada skema penggalan foto diatas secara utuh berbentuk layaknya pohon yang normal (pohon dengan akar menancap ke perut bumi)

-Pohon dalam literature Islam-
Simbol pohon hanya memainkan peran kecil dalam Al-Qur’an itu sendiri, namun secara spiritual, seni dan arsitektur Islam, telah menjadi symbol paling berkembang. Pada hadits dan diantara mistikus telah menjelaskan beberapa pohon yang telah terintegrasi ke dalam sutu symbol yang konsisten.
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizing Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (QS. 14:24-25)

Dengan terungkapnya naskah silsilah ini seakan menjadi fakta baru.
Akan tetapi sebelumnya sudah pernah terungkap pada waktu Alm. Sultan Ternate H. Mudaffar Sjah II berkeinginan untuk menghidupkan kembali pilar Kesultanan Jailolo pada tahun 1997 dari kefakumannya yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, keinginan ini bertujuan untuk melengkapi kembali pilar Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo). Maka dari gagasan itu, di hubungilah para keturunan dari Ahli Waris Sultan Jailolo yang diketahui nya yaitu Alm. H. Mahmud bin H. Djabar bin Kaicil Abdul Rahman (ayah dari Sultan Jailolo al-Hajj Kaicil Muhammad Shiddiq) untuk di sampaikannya maksud dan tujuan mulia itu, maka sejak saat itu terjadilah pertemuan demi pertemuan yang sangat alot mengenai rencana itu dan pada puncaknya di ajukanlah oleh pihak ahli waris sultan jailolo pada saat itu agar pendirian pilar Kesultanan Jailolo dilakukan secara bertahap, diawali pada pemenuhan struktur perangkat adatnya, keputusan ini diajukan oleh ahli waris bukanlah tak beralasan dan penulis tidak di izinkan mengungkapkannya di blog ini.

Melalui perundingan dan mekanisme yang memakan waktu, termasuk mengurai (merunut) garis keturunan dari sumber naskah tersebut di atas. maka pada akhirnya keputusan itu di sepakati bersama, selanjutnya rencana pelaksanaan pengukuhan perangkat adat utama kesultanan jailolo ini akan di laksanakan setelah berjalannya konsilidasi dan setelah ditetapkan figur-figur yang bakal menempati jabatan strategis itu serta siap untuk menerima amanah, maka sampai pada tahun 1999 barulah persiapan pelaksanaan pengukuhan itu dilaksanakan akan tetapi rencana ini terhenti akibat terjadi kerusuhan horizontal yang melanda Maluku Utara.

Minimnya informasi tentang keberadaan dan keterlibatan aktif para Ahli Waris Sultan Jailolo dalam kesepakatan bersama Alm. Sultan Ternate untuk rencana mendirikan pilar kesultana jailolo ini penulis yakini bahwa akibat dari minimnya budaya menulis dan juga karena minimnya sarana dan prasarana media informasi seperti sekarang ini maka hal itu tidak terekspos secara umum untuk masyarakat luas Khususnya yang berada di Maluku Utara.

Setelah penandatanagan Perjanjian Malino pada tanggal 12 Februari 2002 untuk mengakhiri konflik horizontal yang melanda Maluku dan Maluku Utara, Sultan Tenate kembali menegaskan maksud dan tujuannya untuk mendirikan pilar kesultanan jailolo yaitu sesuai dengan kesepakatan para ahli waris maka dilaksanakanlah prosesi pengukuhan perangkat utama kesultanan jailolo. Adapun pejabat adat yang akan dilantik dalam jabatan trategis kesultanan itu adalah :
1. H. Mahmud bin H. Djabar sebagai Jogugu Kesultanan Jailolo
2. Muhamad bin Samad sebagai Kapita Lau
3. ………………………………… sebagai Jo Hukum Jiko
4. .................................. sebagai Tuli Lamo.

Pelaksanaan pengukuhan ini berjalan secara khidmad di pelataran Sigi Lamo (Mesjid Sultan) Kesultanan Jailolo yang beralamat di desa Gam Lamo.


BERSAMBUNG………………